Adab Berkomentar di Sosial Media
Sosial media seperti sudah menjadi kebutuhan pokok saat ini. Berinteraksi, berkoordinasi urusan pekerjaan, mencari ilmu sampai sekedar hiburan saja. Tentu saling komentar dan menanggapi menjadi biasa dalam dunia sosial media. Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berkomentar di sosial media.
1. Tulisan sama hukumnya dengan berkata-kata dalam syariat
Sebagaimana qaidah yang disampaikan ulama
الكتابة تنزل منزلة القول
“Tulisan (hukumnya) sebagaimana tulisan”
Sehingga perlu tetap hati-hati berkata-kata melalui tulisan, karena akan dicatat oleh malaikat dan dipertanggung jawabkan. Misalnya:
-Bersumpah atas nama Allah, maka ada kafarah sumpah
-Mengatakan cerai istrinya sambil main-main, maka jatuh hukum cerai talak
2. Jangan sampai mencela dan memaki
Karena kata-kata caci-maki dan celaan tidak layak keluar dari lisan seorang muslim, walaupun postingan atau komentar sebelumnya sangat tidak layak, misalnya mencela Islam, maka jangan kita balas dengan celaan dan kata-kata kotor lagi. Jangan juga saling memberi gelaran atau cap buruk, misalnya (maaf) “An***g, to**l, dan sebagainya. Sebaiknya tetap tenang dan tunjukkan akhlak mulia seorang muslim.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْراً مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْراً مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki MENCELA kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu LEBIH BAIK dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan GELARAN yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim “ (QS. Al Hujuraat :11)
Apalagi yang kita cela adalah seorang mukmin. Perhatikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
“Mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya kekufuran.”[1]
Bahkan tidak boleh kita mencela orang kafir, karena saling mencela tidak ada gunanya. Ini ada larangannya karena jika kita mencela mereka mereka akan mencela lagi bahkan mencela agama dan mencela Allah tanpa ilmu. Ini ada larangannya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS. Al An’aam [6]: 108)
3. Sebaiknya hindari menasehati seseorang di kolom komentar dan dilihat oleh orang banyak
Psikologi manusia tidak suka terlihat salah di depan orang banyak. Jika ingin menasehati sebaiknya berikan nasehat empat mata atau di inbox atau “Private Message” (PM). Bisa jadi sebenarnya ia menerima kebenaran akan tetapi “gengsi” mengaku kalah di depan orang banyak. Sehingga ia akan berusaha mencari pembenaran, mengelak serta tidak mengakui kesalahannya, padahal bisa jadi ia diberikan nasehat dengan cara yang baik. Maka apalagi dengan cara yang tidak baik? Disalah-salahkan, dicaci-maki di komentar karena kesalahannya dan dia adalah saudara kita se-muslim.
Ini adalah adab dan akhlak mulia dalam islam.
Seorang ulama berkata:
ما رأيت على رجل خطأ، إلا سترته، وأحببت أن أزين أمره، وما استقبلت رجلا في وجهه بأمر يكرهه، ولكن أبين له خطأه فيما بيني وبينه، فإن قبل ذلك، وإلا تركته
“Tidaklah aku lihat kesalahan seseorang(saudara se-Islam), kecuali aku menutupinya, aku senang untuk memperindah urusan dirinya.
Tidaklah aku menjumpai seseorang dengan hal yang dia benci di hadapannya, kecualiaku jelaskan kesalahannya (secara sembunyi-sembunyi), hanya antara aku dan dia
Jika dia menerima penjelasanku (maka itu lebih baik), dan jika dia tidak menerima ucapanku, maka aku membiarkannya.”[2]
4. Sebaiknya dihindari berkomentar dan berbicara dengan non-mahram tanpa kepentingan
Jika hanya bercanda-bercanda tidak ada tujuan dan sekedar chatting, maka sebaiknya dihindari. Sudah ada cerita rumah tangga hancur dan terjadi perselingkuhan hanya berawal dari iseng-iseng chatting padahal tidak ada kepentingan.
Hati ini lemah sedangkan fitnah lawan jenis sangat kuat. Terlebih laki-laki yang fitnah terbesarnya adalah wanita (apalagi wanita pasang foto dirinya) dan wanita juga lemah dengan kata-kata romantis dan rayuan gombal laki-laki di sosial media.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yaitu (fitnah) wanita.”[3]
5. Hindari mengobrol dan saling komentar terlalu banyak di sosial media
Karena hal ini banyak membuang waktu kita secara sia-sia. Sosial media bisa membuat lupa kita banyak hal dan lalai terhadap tugas-tugas yang lainnya. Sering kali keasyikan chatting menyebabkan kita terjerumus dalam hal sia-sia kemudian mengarah ke arah maksiat semisal ghibah, mencela atau membicarakan aib saudaranya dan sebagainya.
Terlalu banyak bicara adalah salah satu penyakit hati yaitu terlalu banyak bicara dan banyak makan.
Al-Fudhail bin Iyadh berkata,
خصلتان تقسيان القلب:كثرة الكلام وكثرة
“Ada dua perkara yang menjadikan hati menjadi keras: Terlalu banyak bicara dan terlalu banyak makan.”[4]
Demikian semoga bermanfaat
@Markaz YPIA, Yogyakarta tercinta
Penyusun: Raehanul Bahraen
[1] HR Bukhari Muslim
[2] Siyar A’laam An-Nubalaa 11/83
[3] HR. Bukhari dan Muslim
[4] Nuzhah Al-Fudhala`: 779
Artikel asli: https://muslimafiyah.com/adab-berkomentar-di-sosial-media.html